Apa Itu Isolated Margin dan Cross Margin dalam Perdagangan Kripto?
Beranda
Artikel
Apa Itu Isolated Margin dan Cross Margin dalam Perdagangan Kripto?

Apa Itu Isolated Margin dan Cross Margin dalam Perdagangan Kripto?

Tingkat Menengah
Diterbitkan Aug 7, 2023Diperbarui Oct 16, 2024
11m

Ringkasan

  • Isolated margin dan cross margin adalah dua jenis margin yang tersedia di kebanyakan platform perdagangan mata uang kripto. 

  • Di isolated margin, investor memutuskan jumlah dana yang akan dialokasikan sebagai jaminan untuk posisi tertentu, dan sisa saldo akun tidak terpengaruh oleh perdagangan ini. 

  • Cross margin menggunakan semua dana yang tersedia di akun Anda sebagai jaminan untuk semua perdagangan. Jika pergerakan satu posisi tidak menguntungkan Anda tetapi posisi lain menguntungkan, maka laba tersebut dapat digunakan untuk menutup kerugian sehingga Anda dapat terus membuka posisi dalam jangka waktu yang lebih panjang. 

  • Pemilihan antara isolated margin dan cross margin bergantung pada strategi perdagangan, toleransi risiko, dan tingkat keaktifan yang diinginkan seseorang dalam mengelola posisinya.

Apa Itu Perdagangan Margin? 

Sebelum membahas isolated margin dan cross margin, mari kita ulas ringkasan perdagangan margin. Dalam perdagangan margin, investor meminjam dana dari bursa atau broker untuk membeli atau menjual aset lebih dari kemampuannya sendiri. Mereka menggunakan aset di akun mereka sebagai jaminan untuk berutang dan bertaruh lebih besar dengan harapan bahwa mereka akan menghasilkan laba yang lebih besar. 

Misalnya, Anda memiliki $5.000 dan berpendapat bahwa harga Bitcoin akan naik. Anda dapat membeli Bitcoin senilai $5.000 secara langsung atau menggunakan leverage terhadap posisi Anda untuk berdagang dengan dana pinjaman. Misalnya, harga Bitcoin naik sebesar 20%. Jika Anda menginvestasikan $5.000 tanpa leverage, investasi Anda kini akan bernilai $6.000 (modal awal sebesar $5.000 + laba sebesar $1.000). Anda mendapatkan keuntungan sebesar 20% dari investasi awal.

Namun, jika Anda menggunakan leverage 5:1 pada $5.000 tersebut, Anda akan meminjam empat kali lipat dari jumlah tersebut dan memiliki $25.000 yang dapat diinvestasikan (modal awal sebesar $5.000 dan pinjaman sebesar $20.000). Dengan kenaikan harga bitcoin sebesar 20%, investasi sebesar $25.000 milik Anda kini akan bernilai $30.000 (modal awal sebesar $25.000 + laba sebesar $5.000). Setelah melunasi pinjaman sebesar $20.000 tersebut, Anda memiliki sisa $10.000. Anda mendapatkan imbal hasil 100% dari investasi awal sebesar $5.000 milik Anda.

Ingat, perdagangan margin sangat berisiko. Mari pertimbangkan skenario kebalikannya, yaitu ketika harga Bitcoin turun sebesar 20%. Investasi senilai $5.000 milik Anda tanpa leverage akan bernilai $4.000 (modal awal sebesar $5.000 - kerugian sebesar $1.000) yang merupakan kerugian sebesar 20%. Namun, dengan leverage 5:1, investasi senilai $25.000 akan bernilai $20.000 (modal awal sebesar $25.000 - kerugian sebesar $5.000). Setelah melunasi pinjaman sebesar $20.000 tersebut, Anda tidak memiliki sisa sama sekali dan kehilangan 100% dari investasi awal.

Contoh sederhana ini tidak mencakup biaya perdagangan atau bunga yang mungkin terutang dari dana pinjaman yang dapat mengurangi laba Anda dalam skenario perdagangan nyata. Anda harus mengingat bahwa pasar dapat bergerak cepat, sehingga menimbulkan potensi kerugian yang bahkan dapat melampaui investasi awal Anda. 

Apa Itu Isolated Margin? 

Isolated margin dan cross margin adalah dua jenis margin yang tersedia di kebanyakan platform perdagangan mata uang kripto. Setiap mode memiliki utilitas dan risikonya sendiri. Mari pahami definisi dan cara kerjanya. 

Dalam mode isolated margin, jumlah margin terbatas pada posisi tertentu. Artinya, Anda memutuskan jumlah dana yang ingin dialokasikan sebagai jaminan untuk posisi tertentu. Sisa dana Anda tidak terpengaruh oleh perdagangan tersebut. 

Misalnya, Anda memiliki total saldo akun sebesar 10 BTC. Anda memutuskan untuk membuka posisi long dengan leverage pada Ethereum (ETH) karena bertaruh bahwa harga ETH akan naik. Anda mengalokasikan 2 BTC sebagai isolated margin untuk perdagangan ini dengan leverage 5:1. Artinya, Anda pada dasarnya berdagang dengan Ethereum senilai 10 BTC (uang Anda sendiri sebesar 2 BTC + posisi dengan leverage sebesar 8 BTC). 

Jika harga Ethereum naik dan Anda memutuskan untuk menutup posisi tersebut, laba yang dihasilkan menambah margin awal sebesar 2 BTC tersebut untuk perdagangan ini. Namun, jika harga Ethereum turun drastis, kerugian maksimum yang mungkin dialami adalah isolated margin sebesar 2 BTC tersebut. Meskipun posisi Anda dilikuidasi, 8 BTC lainnya dalam akun Anda tidak akan terpengaruh. Inilah alasannya disebut "isolated" margin (margin terisolasi). 

Apa Itu Cross Margin?  

Cross margin menggunakan semua dana yang tersedia di akun Anda sebagai jaminan untuk perdagangan Anda. Jika pergerakan satu posisi tidak menguntungkan Anda tetapi posisi lain menguntungkan, maka laba tersebut dapat digunakan untuk menutup kerugian sehingga Anda dapat terus membuka posisi dalam jangka waktu yang lebih panjang. 

Mari kita lihat cara kerjanya dalam sebuah contoh. Anda memiliki total saldo akun sebesar 10 BTC. Anda memutuskan untuk membuka posisi long dengan leverage pada Ethereum (ETH) dan posisi short dengan leverage pada sebuah mata uang kripto bernama Z menggunakan cross margin. Untuk Ethereum, Anda pada dasarnya berdagang dengan nilai 4 BTC menggunakan leverage 2:1. Untuk Z, Anda berdagang dengan nilai 6 BTC menggunakan leverage 2:1 juga. Seluruh saldo akun Anda sebesar 10 BTC tersebut digunakan sebagai jaminan pada kedua posisi.

Misalnya, harga Ethereum turun sehingga menyebabkan potensi kerugian, namun, di saat yang sama, harga Z juga turun sehingga menghasilkan laba untuk posisi short Anda. Laba dari perdagangan pada Z dapat digunakan untuk menutup kerugian dari perdagangan Ethereum, sehingga kedua posisi tetap terbuka. 

Namun, jika harga Ethereum turun dan harga Z naik, kedua posisi mungkin rugi. Jika kerugian tersebut melampaui total saldo akun Anda, kedua posisi mungkin dilikuidasi dan Anda mungkin kehilangan seluruh saldo akun sebesar 10 BTC tersebut. Situasi ini sangat berbeda dari isolated margin. Dalam mode tersebut, hanya 2 BTC yang telah dialokasikan ke perdagangan yang berpotensi mengalami risiko rugi. 

Ingat, contoh ini sangat disederhanakan serta tidak memperhitungkan biaya perdagangan dan biaya lainnya. Selain itu, skenario perdagangan yang nyata biasanya jauh lebih rumit. 

Perbedaan Utama antara Isolated Margin vs. Cross Margin

Dari contoh-contoh di atas, persamaan dan perbedaan antara perdagangan isolated margin dan cross margin terlihat jelas. Kita dapat merangkum perbedaan utamanya sebagai berikut:   

  1. Jaminan dan mekanisme likuidasi

Dalam isolated margin, hanya sebagian tertentu dari dana Anda yang disisihkan dan berisiko untuk perdagangan tertentu. Artinya, jika Anda berdagang dengan 2 BTC dalam mode isolated margin, hanya 2 BTC tersebut yang berisiko mengalami likuidasi

Namun, dalam cross margin, semua dana di akun Anda berfungsi sebagai jaminan untuk perdagangan Anda. Jika satu posisi merugikan Anda, sistem dapat memanfaatkan seluruh saldo akun Anda untuk mencegah posisi tersebut dilikuidasi. Namun, Anda berisiko kehilangan seluruh saldo juga beberapa perdagangan Anda merugikan. 

  1. Manajemen risiko 

Isolated margin memungkinkan manajemen risiko yang lebih mendetail. Anda dapat mengalokasikan jumlah tertentu yang ingin dipertaruhkan untuk masing-masing perdagangan tanpa memengaruhi jumlah lainnya di akun. Sebaliknya, cross margin menggabungkan risiko pada semua posisi terbuka Anda. Hal ini dapat menguntungkan saat mengelola beberapa posisi yang mungkin saling mengimbangi, tetapi risiko gabungan ini juga berarti bahwa Anda berpotensi mengalami kerugian yang lebih tinggi.

  1. Fleksibilitas

Dalam perdagangan isolated margin, Anda harus menambahkan lebih banyak ke posisi isolated margin tersebut secara manual jika ingin meningkatkan margin. Di sisi lain, cross margin memanfaatkan saldo yang tersedia di akun Anda secara otomatis untuk menghindari likuidasi posisi apa pun, sehingga mode ini lebih lepas tangan dalam segi pemeliharaan margin. 

  1. Kegunaan 

Isolated margin cocok bagi pedagang yang ingin mengelola risiko untuk setiap perdagangan, khususnya ketika mereka memiliki keyakinan yang kuat terhadap perdagangan tertentu dan ingin agar risiko menjadi terpisah-pisah. Cross margin lebih cocok bagi pedagang yang menjalankan beberapa posisi yang mungkin saling mengimbangi atau bagi pedagang yang ingin memanfaatkan seluruh saldo akun sambil memiliki pendekatan yang lebih lepas tangan terhadap pemeliharaan margin. 

Pro dan Kontra dari Isolated Margin 

Berikut adalah pro dan kontra dari isolated margin 

  1. Pro dari isolated margin

Risiko terkontrol: Anda memutuskan jumlah dana yang ingin dialokasikan dan dipertaruhkan untuk posisi tertentu. Hanya jumlah ini yang dipertaruhkan, sehingga sisa dana Anda aman dari potensi kerugian dalam perdagangan tersebut.

Laba dan rugi (P&L) lebih jelas: Perhitungan laba dan rugi untuk masing-masing posisi menjadi lebih mudah jika Anda mengetahui jumlah dana yang terkait dengannya secara tepat.

Mudah diprediksi: Dengan memisahkan dana, pedagang dapat memprediksi kerugian maksimum yang mungkin dialami dalam skenario terburuk, yang membantu dalam menerapkan manajemen risiko yang lebih baik.

  1. Kontra dari isolated margin:

Perlu dipantau secara ketat: Karena posisi didukung hanya oleh sebagian tertentu dari dana, Anda mungkin perlu memantau perdagangan secara lebih ketat untuk menghindari likuidasi.

Leverage terbatas: Jika pergerakan sebuah perdagangan mulai merugikan Anda dan mendekati likuidasi, Anda tidak dapat memanfaatkan sisa dana akun secara otomatis untuk mencegahnya. Anda harus menambahkan lebih banyak dana secara manual ke isolated margin tersebut.

Overhead manajemen: Menggunakan beberapa isolated margin untuk berbagai perdagangan mungkin rumit, khususnya bagi pemula atau pengguna yang mengelola banyak posisi.

Singkatnya, meskipun memberikan lingkungan yang terkontrol untuk mengelola risiko dalam perdagangan yang menggunakan leverage, isolated margin memerlukan manajemen yang lebih aktif dan terkadang dapat membatasi potensi laba jika tidak digunakan dengan bijaksana. 

Pro dan Kontra dari Isolated Margin 

Berikut adalah pro dan kontra dari cross margin:

  1. Pro dari cross margin

Fleksibilitas dalam alokasi margin: Cross margin otomatis menggunakan saldo yang tersedia di akun untuk mencegah likuidasi posisi terbuka apa pun, sehingga memberikan fleksibilitas yang lebih besar dibandingkan isolated margin.

Posisi saling mengimbangi: Keuntungan dalam satu posisi dapat membantu mengimbangi kerugian di posisi lain, sehingga menjadikannya berpotensi untuk digunakan sebagai strategi hedging.

Risiko likuidasi berkurang: Dengan mengumpulkan seluruh saldo Anda, risiko likuidasi prematur untuk satu posisi menjadi lebih rendah karena kumpulan dana yang lebih besar dapat menutup persyaratan margin.

Manajemen beberapa perdagangan lebih mudah: Mode ini menyederhanakan proses saat mengelola beberapa perdagangan sekaligus karena Anda tidak harus menyesuaikan margin setiap perdagangan secara terpisah.

  1. Kontra dari cross margin

Risiko likuidasi total lebih tinggi: Jika pergerakan semua posisi merugikan dan kerugian gabungan melampaui total saldo akun, terdapat risiko kehilangan seluruh saldo akun.

Lebih sedikit kontrol terhadap masing-masing perdagangan: Karena semua perdagangan berbagi margin yang sama, mengalokasikan rasio risk-reward tertentu ke masing-masing perdagangan menjadi lebih sulit.

Terdapat potensi leveraging berlebih: Karena leveraging seluruh saldo mudah, pedagang mungkin tergoda untuk membuka posisi yang lebih besar dibandingkan jika menggunakan isolated margin, sehingga berpotensi menimbulkan kerugian yang lebih besar.

Eksposur risiko kurang jelas: Pengukuran total eksposur risiko sekilas lebih sulit, khususnya jika terdapat beberapa posisi terbuka dengan tingkat laba dan rugi yang beragam.

Contoh Penggunaan Isolated Margin Sekaligus Cross Margin

Mengintegrasikan strategi isolated margin dan cross margin dapat menjadi cara lain untuk memaksimalkan imbal hasil dan meminimalkan risiko dalam perdagangan kripto. Mari kita lihat cara kerjanya dalam sebuah contoh. 

Misalnya, Anda memiliki pandangan bullish terhadap Ethereum (ETH) berdasarkan peningkatan yang mendatang, tetapi ingin juga melakukan hedging terhadap potensi risiko dari volatilitas pasar secara keseluruhan. Anda menduga bahwa meskipun Ethereum mungkin naik, Bitcoin (BTC) mungkin mengalami penurunan.

Anda mempertimbangkan untuk mengalokasikan sebagian tertentu dari portofolio Anda, misalnya 30%, untuk mengambil posisi long dengan leverage pada Ethereum menggunakan isolated margin. Dengan cara ini, Anda membatasi potensi kerugian menjadi 30% tersebut apabila kinerja Ethereum tidak sesuai harapan. Namun, jika Ethereum mengalami apresiasi, Anda berkesempatan menghasilkan keuntungan yang signifikan dari bagian portofolio tersebut.

Dengan sisa 70% dari portofolio tersebut, Anda menggunakan cross margin dengan membuka posisi short pada Bitcoin dan posisi long pada altcoin Z yang menurut Anda akan berkinerja baik terlepas dari pergerakan Bitcoin. 

Dengan melakukan tindakan ini, Anda menggunakan potensi keuntungan dari satu posisi untuk mengimbangi potensi kerugian dari posisi lain. Jika Bitcoin gagal (sesuai prediksi Anda), laba dari situasi ini dapat mengompensasi kerugian dari Z dan sebaliknya.

Setelah mengatur posisi ini, Anda harus terus memantau kedua strategi. Jika Ethereum mulai mengalami penurunan, pertimbangkan untuk mengurangi posisi isolated margin guna membatasi kerugian. Demikian pula, jika kinerja Z dalam strategi cross margin mulai memburuk secara signifikan, Anda sebaiknya mempertimbangkan untuk menyesuaikan posisinya.

Dengan mengintegrasikan isolated margin dan cross margin, Anda berupaya secara aktif untuk meraih laba dari prediksi pasar sambil melakukan hedging terhadap risiko. Namun, meskipun dapat membantu dalam manajemen risiko, penggabungan strategi ini tidak menjamin laba atau perlindungan dari kerugian. 

Penutup 

Perdagangan margin memiliki potensi laba yang lebih tinggi, tetapi disertai juga dengan risiko dalam tingkat yang setara atau bahkan lebih tinggi. Pemilihan antara isolated margin dan cross margin bergantung pada strategi perdagangan, toleransi risiko, dan tingkat keaktifan yang diinginkan seseorang dalam mengelola posisinya.

Dalam perdagangan kripto yang sering kali dipengaruhi oleh volatilitas, memahami seluk-beluk kedua jenis margin menjadi hal yang sangat penting. Pengambilan keputusan yang tepat ditambah praktik manajemen risiko yang cermat dapat membantu pedagang menelusuri pasar kripto yang bergejolak. Seperti biasa, Anda harus melakukan riset yang menyeluruh dan berkonsultasi dengan para ahli, jika memungkinkan, sebelum mendalami perdagangan margin.

Bacaan Lebih Lanjut

Penafian dan Peringatan Risiko: Konten ini disajikan kepada Anda dengan dasar “sebagaimana adanya” untuk informasi umum dan tujuan pendidikan saja tanpa pernyataan atau jaminan dalam bentuk apa pun. Konten ini tidak boleh dianggap sebagai nasihat keuangan, hukum, atau profesional lainnya ataupun dimaksudkan untuk menyarankan pembelian produk atau jasa tertentu. Anda sebaiknya mencari nasihat dari penasihat profesional yang sesuai. Jika artikel merupakan kontribusi dari kontributor pihak ketiga, harap diperhatikan bahwa pandangan yang dinyatakan berasal dari kontributor pihak ketiga dan tidak mencerminkan pandangan Binance Academy. Silakan baca penafian lengkap kami di sini untuk detail lebih lanjut. Harga aset digital dapat menjadi volatil. Nilai investasi Anda mungkin turun atau naik. Anda mungkin tidak mendapatkan kembali jumlah yang sudah diinvestasikan. Anda bertanggung jawab sepenuhnya terhadap keputusan investasi Anda. Binance Academy tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian yang mungkin Anda alami. Materi ini tidak boleh dianggap sebagai nasihat keuangan, hukum, atau profesional lainnya. Untuk informasi selengkapnya, baca Ketentuan Penggunaan dan Peringatan Risiko kami.