Apa itu Spoofing dalam Pasar Keuangan?
Beranda
Artikel
Apa itu Spoofing dalam Pasar Keuangan?

Apa itu Spoofing dalam Pasar Keuangan?

Tingkat Menengah
Diterbitkan Jan 6, 2021Diperbarui Dec 27, 2022
5m

Penulis: Jeoseph Young


TL;DR

Spoofing adalah bentuk manipulasi pasar di mana seorang pedagang menempatkan order beli atau jual yang palsu dan tidak pernah berniat agar order tersebut dipenuhi oleh pasar. Spoofing biasanya dilakukan menggunakan algoritme dan bot dalam percobaan untuk memanipulasi harga aset dan pasar dengan menciptakan kondisi pasokan atau permintaan yang palsu.

Spoofing adalah tindakan ilegal bagi sebagian besar pasar utama, termasuk di Amerika Serikat dan Inggris.


Pendahuluan

Kebanyakan orang membahas cara pedagang besar dan pemain besar memanipulasi pasar. Meskipun sebagian besar teori ini masih diperdebatkan, ada beberapa metode umum untuk manipulasi pasar yang memerlukan kepemilikan yang besar. Salah satunya adalah teknik yang disebut dengan spoofing.


Apa itu spoofing?

Spoofing adalah cara memanipulasi pasar dengan menempatkan order palsu untuk membeli atau menjual aset, seperti saham, komoditas, dan mata uang kripto. Umumnya, pedagang yang mencoba untuk melakukan spoofing di pasar akan menggunakan bot atau algoritme guna menempatkan order secara otomatis untuk membeli atau menjual. Saat order tersebut hampir dipenuhi, bot tersebut akan membatalkan ordernya.

Konsep utama dari spoofing adalah mencoba untuk menciptakan kesan tekanan pembelian atau penjualan yang palsu. Misalnya, seorang spoofer dapat menetapkan order pembelian palsu dalam jumlah besar untuk menciptakan kesan palsu permintaan pada tingkat harga yang tinggi. Lalu, ketika pasar mendekati tingkat tersebut, mereka akan menarik ordernya, dan harga akan terus merosot.


Cara pasar merespons spoofing pada umumnya

Pasar sering kali bersikap tegas terhadap order spoofing, karena tidak ada cara yang pasti untuk mengetahui apakah suatu order itu asli atau palsu. Spoofing dapat menjadi sangat efisien jika order ditempatkan pada area utama yang menjadi minat para pembeli dan penjual, seperti area support atau resistance yang signifikan.

Mari kita pakai Bitcoin sebagai contoh. Kita asumsikan bahwa Bitcoin memiliki tingkat resistance yang tinggi di $10.500. Dalam analisis teknis, isitlah resistance berarti area tempat harga menyentuh ‘plafon’. Umunya, ini adalah area tempat kita dapat mengharapkan penjual menempatkan bid untuk menjual kepemilikan mereka. Jika harga ditolak pada tingkat resistance, harga bisa merosot dengan curam. Namun, jika harga menembus resistance, ada kemungkinan besar bahwa harga akan terus menanjak.

Jika tingkat $10.500 tampaknya merupakan resistance yang kuat, bot kemungkinan besar akan menempatkan order spoofing sedikit di atasnya. Ketika pembeli melihat order penjualan besar-besaran di atas tingkat teknis yang penting tersebut, mereka menjadi kurang berani untuk membeli pada tingkat tersebut secara agresif. Inilah cara spoofing menjadi efektif dalam memanipulasi pasar.

Hal yang harus diperhatikan adalah bahwa spoofing dapat menjadi efektif di antara berbagai pasar yang terikat dengan instrumen dasar yang sama. Misalnya, order spoofing yang besar dalam pasar derivatif dapat memengaruhi pasar spot untuk aset yang sama dan sebaliknya.


Kapan spoofing menjadi kurang efektif?

Spoofing dapat menjadi semakin berisiko ketika terdapat kemungkinan besar untuk pergerakan pasar yang tak terduga.

Misalnya, mari kita asumsikan bahwa seorang pedagang ingin melakukan penjualan spoofing pada tingkat resistance. Jika rally yang kuat terjadi dan  Fear Of Missing Out (FOMO) di kalangan pedagang retail tiba-tiba menggerakkan volatilitas yang besar, maka order spoofing tersebut dapat terpenuhi dengan cepat. Hal ini jelas tidak ideal bagi spoofer, karena mereka tidak berniat untuk memasuki posisi. Sama halnya,  short squeeze atau kejatuhan pasar mendadak dapat memenuhi order besar sekalipun dalam hitungan detik.

Ketika tren pasar umumnya digerakkan oleh pasar spot, spoofing akan menjadi semakin berisiko. Misalnya, jika tren naik digerakkan oleh pasar spot yang menandakan minat tinggi terhadap pembelian langsung aset dasar, spoofing dapat menjadi kurang efektif. Namun, hal ini sangat bergantung pada lingkungan pasar tersebut dan banyak faktor lainnya.


Apakah spoofing ilegal?

Spoofing adalah tindakan yang ilegal di Amerika Serikat. U.S. Commodity Futures Trading Commission (CFTC) bertanggung jawab untuk memantau aktivitas spoofing di pasar saham dan komoditas. 

Di AS, spoofing adalah tindakan yang ilegal berdasarkan Undang-Undang Dodd-Frank Tahun 2010 Bagian 747. Bagian tersebut menyebutkan bahwa CFTC dapat mengatur entitas yang:

menunjukkan pengabaian yang disengaja atau akibat kelalaian terhadap pelaksanaan transaksi yang tertib selama periode penutupan; atau yang merupakan, merupakan sifat dari, atau umumnya diketahui melakukan perdagangan dalam bentuk ‘spoofing’ (melakukan bid atau penawaran dengan niat untuk membatalkan bid atau tawaran tersebut sebelum eksekusi).

Sulit untuk mengategorikan bid yang dibatalkan dalam pasar futures sebagai spoofing, kecuali tindakan tersebut berulang dalam frekuensi tinggi. Inilah alasan para pembuat peraturan mempertimbangkan niat untuk order tersebut sebelum melanjutkan ke denda, tuntutan, atau penyelidikan mengenai potensi perilaku spoofing.

Pasar keuangan utama lainnya, seperti Inggris, mengatur juga mengenai spoofing. Financial Conduct Authority (FCA) dari Inggris diizinkan untuk mengenakan denda kepada pedagang dan institusi yang bertanggung jawab atas spoofing. 



Alasan spoofing buruk untuk pasar

Jadi, spoofing adalah tindakan ilegal dan umumnya memiliki dampak yang merugikan pada pasar, tetapi mengapa? Spoofing dapat menyebabkan perubahan harga yang tidak mencerminkan pasokan dan permintaan. Sementara itu, spoofer dapat mengambil laba dari kondisi ini karena mereka mengontrol pergerakan harga tersebut. 

Para pembuat peraturan di AS juga telah menyatakan kekhawatiran mengenai manipulasi pasar di masa lalu. Per bulan Desember 2020, Securities and Exchange Commission (SEC) AS telah menolak semua proposal exchange traded fund (ETF) Bitcoin. Jika disetujui, ETF akan memungkinkan lebih banyak investor tradisional di AS untuk mendapatkan eksposur pada sebuah aset, seperti Bitcoin. Biasanya, ada beberapa faktor yang disebutkan untuk menolak proposal tersebut – salah satunya adalah mereka tidak menganggap bahwa pasar Bitcoin kebal terhadap manipulasi pasar. 

Namun, hal ini dapat berubah seiring pasar Bitcoin memasuki tahap kedewasaan yang baru dengan likuiditas yang ditingkatkan dan adopsi kelembagaan.


Penutup

Spoofing adalah teknik manipulasi pasar yang meliputi penetapan order palsu. Tindakan ini dapat menjadi sulit untuk diidentifikasi secara konsisten, tetapi tidak mustahil. Mengevaluasi apakah penghapusan order pembelian atau penjualan merupakan spoofing memerlukan analisis yang mendalam terhadap niat untuk order tersebut.

Meminimalkan spoofing adalah hal yang diinginkan di semua pasar, karena hal tersebut dapat menjaga lingkungan yang seimbang bagi semua orang yang terlibat. Karena pembuat peraturan sering mencantumkan manipulasi pasar sebagai alasan penolakan ETF Bitcoin, upaya untuk meminimalkan spoofing dapat menguntungkan pasar mata uang kripto dalam jangka panjang.

Ada pertanyaan lebih lanjut mengenai spoofing? Kunjungi platform tanya jawab kami, Ask Academy, yaitu tempat komunitas Binance akan menjawab pertanyaan Anda.