5 Indikator Penting dalam Analisis Teknikal
Beranda
Artikel
5 Indikator Penting dalam Analisis Teknikal

5 Indikator Penting dalam Analisis Teknikal

Tingkat Menengah
Diterbitkan Mar 2, 2020Diperbarui Mar 22, 2024
9m

Daftar isi


Pengantar

Pedagang menggunakan indikator teknikal untuk mendapatkan wawasan tambahan mengenai aksi harga suatu aset. Indikator-indikator ini memudahkan untuk mengidentifikasi pola dan melihat sinyal beli atau jual di lingkungan pasar saat ini. Ada banyak jenis indikator yang digunakan oleh pedagang harian, swing trader, dan kadang-kadang juga investor jangka panjang. Bahkan ada beberapa analis profesional dan pedagang berpengalaman yang membuat indikator sendiri. Dalam artikel ini, kita akan melihat deskripsi singkat mengenai beberapa indikator analisis teknikal paling populer yang berguna bagi semua pedagang.


Relative Strength Index (RSI)



RSI adalah indikator momentum yang menunjukkan apakah suatu aset mengalami overbought atau oversold. Ini dilakukan dengan mengukur besarnya perubahan harga terbaru (pengaturan standar adalah 14 periode sebelumnya – misalnya14 hari, 14 jam, dll.). Data tersebut kemudian ditampilkan sebagai osilator yang bernilai antara 0 dan 100.

Karena RSI merupakan indikator momentum, maka salah satu fungsinya adalah menunjukkan tingkat (momentum) di mana harga berubah. Ini berarti bahwa jika momentum meningkat ketika harga naik, uptrend kuat, dan semakin banyak pembeli yang masuk. Sebaliknya, jika momentum menurun ketika harga naik, ini menunjukkan bahwa penjual segera akan mengendalikan pasar.

Jika kita menginterpretasikan RSI secara sederhana atau tradisional, maka nilai lebih dari 70 berarti aset sudah overbought, dan di bawah 30 berarti oversold. Dengan demikian, nilai yang ekstrem dapat mengindikasikan adanya trend reversal atau pullback di waktu yang akan datang. Meski begitu, mungkin lebih baik tidak menganggap secara langsung bahwa nilai-nilai ini adalah sinyal beli atau jual. Karena seperti teknik analisis teknikal (TA) lainnya, RSI dapat memberikan sinyal yang salah atau menyesatkan, sehingga selalu disarankan untuk mempertimbangkan faktor-faktor lain sebelum berdagang.
Ingin mempelajari lebih lanjut? Anda dapat membaca artikel kami mengenai Relative Strength Index (RSI).


Moving Average (MA)



Moving average menghaluskan pergerakan harga dengan menyaring fluktuasi harga yang bersifat acak dan menyoroti arah tren. Karena didasarkan pada data harga sebelumnya, indikator ini disebut juga lagging indicator.

Terdapa dua jenis moving average yang paling umum digunakan, yaitu simple moving average (SMA atau MA), dan exponential moving average (EMA). SMA diplot dengan mengambil data harga dari periode untuk dimabil rata-ratanya. Misalnya, SMA 10-hari diplot dengan menghitung harga rata-rata selama 10 hari terakhir. Di sisi lain, EMA lebih menitikberatkan pada data harga terkini, sehingga lebih reaktif terhadap aksi harga terbaru.

Seperti disebutkan sebelumnya, moving average adalah indikator lagging. Semakin panjang periode, semakin besar lag. Dengan demikian, SMA 200-hari akan bereaksi lebih lambat terhadap pergerakan harga terbaru dibanding SMA 50-hari.

Pedagang sering menggunakan hubungan harga dengan moving average tertentu untuk mengukur tren pasar saat ini. Misalnya, jika harga tetap di atas SMA 200-hari untuk jangka waktu yang cukup lama, maka aset dapat dianggap sedang berada di bull market.

Pedagang juga dapat menggunakan crossover moving average sebagai sinyal beli atau jual. Misalnya, jika SMA 100-hari melintasi atau crossing di bawah SMA 200-hari, ini dapat dianggap sebagai sinyal jual. Tapi apa sebenarnya arti crossing di sini? Ini menunjukkan bahwa harga rata-rata selama 100 hari terakhir sekarang berada di bawah harga 200 hari terakhir. Ini dapat dikatakan sebagai sinyal jual karena pergerakan harga jangka pendek tidak lagi mengikuti uptrend, sehingga tren mungkin akan berbalik.

Ingin mempelajari lebih lanjut? Anda dapat membaca artikel kami mengenai Moving Average.


Moving Average Convergence Divergence (MACD)



MACD digunakan untuk menentukan momentum suatu aset dengan menunjukkan hubungan antara dua moving average. Indikator ini terdiri dari dua garis – garis MACD dan garis sinyal. Garis MACD adalah selisih antara nilai EMA periode 12 dengan EMA periode 26. Kemudian diplotkan di atas EMA periode 9 garis MACD – garis sinyal. Banyak grafik juga sering memasukkan histogram, yang menunjukkan jarak antara garis MACD dan garis sinyal. 

Dengan melihat kondisi divergen (ketika harga bergerak ke arah berbeda dengan indikator MACD), pedagang dapat mengamati kekuatan tren saat ini. Misalnya, jika harga membuat high lebih tinggi, sementara MACD membuat high lebih rendah, pasar mungkin akan segera berbalik. Apa yang dapat kita lihat dari MACD dalam kasus ini? Harga meningkat sementara momentum menurun, sehingga besar kemungkinan akan terjadi pullback atau pembalikan.

Trader juga dapat menggunakan indikator ini untuk mencari persilangan antara garis MACD dan garis sinyalnya. Misalnya, jika garis MACD memotong di atas garis sinyal, ini mungkin menunjukkan sinyal beli. Sebaliknya, jika garis MACD memotong di bawah garis sinyal, mungkin menunjukkan sinyal jual.

MACD sering dikombinasikan dengan RSI, karena keduanya mengukur momentum dengan mempertimbangkan berbagai faktor. Tujuannya adalah untuk mendapatkan pandangan teknikal yang lebih lengkap di pasar.

Ingin mempelajari lebih lanjut? Anda dapat membaca artikel kami mengenai MACD.



Anda ingin memiliki mata uang kripto? Beli Bitcoin di Binance!



Stochastic RSI (StochRSI)



Stochastic RSI adalah osilator momentum yang digunakan untuk menentukan apakah suatu aset overbought atau oversold. Seperti namanya, indikator ini merupakan turunan dari RSI, karena dihasilkan dari nilai RSI, bukan dari data harga. Ini dilakukan dengan menerapkan rumus yang disebut rumus osilator Stochastic terhadap nilai RSI biasa. Pada umumnya, nilai Stochastic RSI berkisar antara 0 dan 1 (atau 0 dan 100).

Karena lebih cepat dan sensitif, StochRSI dapat menghasilkan banyak sinyal perdagangan yang mungkin sulit ditafsirkan. Secara umum, indikator ini paling banyak digunakan ketika dekat dengan nilai ekstrem atas atau bawah di dalam range. 

Nilai StochRSI di atas 0,8 biasanya dianggap overbought, sementara di bawah 0,2 dianggap oversold. Nilai 0 berarti bahwa RSI berada pada nilai terendah dalam periode yang diukur (pengaturan default biasanya 14). Sebaliknya, nilai 1 menyatakan bahwa RSI berada pada nilai tertinggi dalam periode yang diukur.

Hampir sama dengan penggunaan RSI, nilai StochRSI overbought atau oversold tidak berarti bahwa harga pasti akan berbalik. Dalam kasus StochRSI, ini hanya menunjukkan bahwa nilai-nilai RSI (dari sinilah nilai-nilai StochRSI berasal) berada di dekat nilai ekstrem saat ini. Penting juga untuk diingat bahwa StochRSI lebih sensitif daripada indikator RSI, sehingga cenderung menghasilkan lebih banyak sinyal yang salah atau menyesatkan. 

Ingin mempelajari lebih lanjut? Anda dapat membaca artikel kami mengenai Stochastic RSI.


Bollinger Bands (BB)



Bollinger Bands mengukur volatilitas pasar, serta kondisi overbought atau oversold. Indikator ini terdiri dari tiga garis - SMA (band tengah), band atas, dan band bawah. Pengaturannya bisa bervariasi, tetapi biasanya band atas dan bawah ditentukan berdasarkan penambahan dan pengurangan nilai band tengah dengan standar deviasi. Saat volatilitas meningkat dan menurun, jarak antara band juga mengikuti.

Secara umum, semakin dekat harga ke band atas, maka aset yang dipetakan kemungkinan semakin dekat dengan kondisi overbought. Sebaliknya, semakin dekat harga ke band bawah, semakin dekat ke kondisi oversold. Harga kemungkinan besar akan tetap di dalam band, tetapi pada kesempatan langka, mungkin akan menembus di atas atau di bawahnya. Meskipun peristiwa ini bukan sinyal perdagangan, namun dapat bertindak sebagai indikasi atas kondisi pasar yang ekstrem.

Konsep penting lain dari BB disebut squeeze, mengacu pada periode volatilitas rendah, di mana semua band sangat dekat satu sama lain. Ini dapat digunakan sebagai indikasi potensi volatilitas di masa depan. Sebaliknya, jika band berada sangat jauh dari yang lainnya, periode penurunan volatilitas mungkin akan terjadi.

Ingin mempelajari lebih lanjut? Anda dapat membaca artikel kami mengenai Bollinger Bands.


Penutup

Meskipun indikator menunjukkan data, harap dicatat bahwa interpretasi data tersebut sangat subjektif. Karena itu, disarankan untuk mempertimbangkan apakah bias pribadi memengaruhi pengambilan keputusan Anda. Apa yang bisa menjadi sinyal beli atau jual bagi satu pedagang mungkin hanyalah market noise bagi pedagang yang lain. 

Seperti kebanyakan teknik analisis pasar, satu indikator bekerja sangat baik ketika dikombinasikan dengan indikator lainnya, atau bahkan dengan metode lainnya, seperti analisis fundamental (FA).
Cara terbaik untuk mempelajari analisis teknikal (TA) adalah melalui banyak latihan. Jika Anda merasa tertantang, silakan menuju Binance dan uji pengetahuan yang baru Anda dapatkan!